Melestarikan Bahasa Sunda di Era Globalisasi
By. Daniel Hermawan
Seperti yang kita ketahui, bahasa Sunda merupakan salah satu dari ribuan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Sebagai negeri yang terdiri dari ribuan suku bangsa, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya terbesar di dunia. Hal ini tentu patut kita syukuri karena bangsa ini dianugerahi kultur yang beraneka ragam.
Akhir-akhir ini, pendidikan bahasa asing semakin gencar ditawarkan oleh berbagai lembaga pendidikan. Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran asing yang di-UNkan. Di sekolah saya terdapat 5 pelajaran bahasa, yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jepang. Tentunya penambahan bahasa asing dalam kurikulum sekolah menjadi sebuah prestise dan kebanggaan bagi sekolah. Terlebih jika pelajar di sekolah tersebut berprestasi dalam bidang asing tersebut.
Jujur saja, fenomena melemahnya bahasa daerah, seperti Bahasa Sunda semakin dirasakan bagi saya pribadi. Di sekolah saya, Bahasa Sunda diberi jatah 2 jam untuk 1 kali pertemuan per bulannya. Berbeda dengan mata pelajaran asing, seperti Bahasa Jepang yang mendapat jatah 2 jam setiap minggunya. Hal ini menunjukkan bahasa daerah kini mulai dikesampingkan. Sementara itu, bahasa asing diprioritaskan keberadaannya.
Saya prihatin melihat bahasa daerah yang menjadi tombak kekayaan budaya bangsa diabaikan begitu saja. Remaja masa kini lebih suka berbahasa asing agar terkesan intelek dan gaul. Sementara bahasa Sunda sendiri dibiarkan terkubur karena dianggap bahasa yang jadul, kolot, dan ketinggalan zaman. Tentunya para leluhur kita kecewa karena budaya yang mereka perjuangkan tidak kita hargai keberadaannya.
Ok, mungkin kita boleh memiliki persepsi seperti itu. Kita bebas mempelajari bahasa asing untuk mengembangkan diri kita lebih baik di kancah internasional. Apalagi era globalisasi memudahkan kita mendapatkan informasi dan berkomunikasi dari dan ke berbagai penjuru dunia. Namun, jangan sampai kita menjadi kacang yang lupa kulitnya. Seburuk-buruknya bahasa Sunda, tetap harus kita lestarikan dan hargai. Jangan sampai bahasa Sunda menjadi rebutan bangsa lain karena ketidakpedulian kita.
Belajarlah dari pengalaman. Jangan sampai kasus direbutnya kekayaan budaya bangsa baru-baru ini terulang kembali akibat perilaku kita selama ini. Bahasa Sunda adalah kebanggaan negeri kita. Maka dari itu, gunakan dan lestarikan bahasa Sunda dengan sebaik-baiknya!
No comments:
Post a Comment