Wednesday, June 1, 2011

Kolaborasi Inovasi dan Kreativitas : Motor dan Katalisator dalam Membangun Kemandirian Nasional

Lomba Penulisan Iptek 2011
Tema : “Inovasi untuk Kesejahteraan Rakyat”
Sub Tema : “Bidang Informasi dan Komunikasi”

Kolaborasi Inovasi dan Kreativitas : Motor dan Katalisator dalam Membangun Kemandirian Nasional

Satu hal yang tidak berubah di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. Filosofi ini sangat tepat untuk menggambarkan seperti apa wajah IT di era modern. Teknologi senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Jika dulu kita hanya mengenal TV hitam putih, kini kita dibuat takjub dengan kehadiran TV 3D dan Smart TV. Tak hanya itu, jika dulu handphone adalah milik segelintir orang saja. Kini handphone sudah menjadi benda sejuta umat yang menghubungkan banyak orang di seluruh dunia. Teknologi terus berkembang dan berubah layaknya wujud air dalam medium yang berbeda.

Masih segar di ingatan kita BlackBerry yang diluncurkan pertama kali di Indonesia pada pertengahan Desember 2004. Smartphone buatan Kanada ini masih dianggap barang mewah pada masa itu. Orang-orang dari kalangan tertentu sajalah yang memilikinya karena harganya yang relatif mahal. Kini BlackBerry seolah menjadi handphone wajib yang dimiliki masyarakat Indonesia. Kita juga bisa melihat jenis-jenis produk Blackberry, mulai dari Gemini, Onyx, Onyx II, Pearl, Odin, Bold, dan Torch yang bervariasi harganya. Hal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa BlackBerry senantiasa melakukan inovasi pada produk-produknya. Bahkan belum lama ini, BlackBerry Playbook menjadi produk terbaru yang dikeluarkan BlackBerry dalam bentuk tablet.

Awal tahun 2011, kita baru saja dibuat kagum dengan kehadiran iPhone 4G yang menjadi smartphone tercanggih saat ini. Produk keluaran Apple ini merupakan salah satu inovasi yang dilakukan Apple untuk menarik minat penggemar IT untuk tampil up to date dan hi-tech. Sebelumnya, pertengahan tahun 2010, kita disambut oleh tablet bertajuk iPad yang menjadi primadona di kalangan masyarakat. Uniknya, inovasi demi inovasi selalu dilakukan Apple hingga dalam jangka waktu belasan bulan saja iPad 2 sudah siap menggantikan kedudukan iPad. Bahkan beredar kabar bahwa iPad 3 akan siap diluncurkan beberapa bulan mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi di bidang IT sangat santer dilakukan untuk tetap bertahan di tengah persaingan teknologi yang ketat.

Cutting the deficit by gutting our investments in innovation and education is like lightening an overloaded airplane by removing its engine. It may make you feel like you're flying high at first, but it won't take long before you feel the impact.” Quotes yang disampaikan Barack Obama ini mengingatkan kita semua betapa pentingnya inovasi dalam berbagai aspek kehidupan. Inovasi membuat daya pikir, kreasi, dan semangat kompetisi sebuah bangsa terpacu untuk menciptakan hal yang lebih baik dari yang ada sebelumnya. Tak heran jika negara yang maju adalah negara yang aktif melakukan inovasi.

Inovasi juga membuat negara berkembang berubah menjadi negara maju dan disegani oleh negara lainnya. Kita bisa melihat contoh konkretnya pada negara China. Sepuluh tahun yang lalu, China adalah negara yang miskin dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Mereka juga kerapkali dilanda krisis ekonomi dan kelaparan. Keadaan ini rupanya membuat semangat kompetisi mereka bangkit. Mereka sadar bahwa keadaan seperti itu tidak boleh dibiarkan terus menerus secara berlarut-larut. Akhirnya, pemerintah China pun mengerahkan dan memfasilitasi masyarakatnya untuk mempelajari IT dan membuat inovasi dari produk yang sudah ada sebelumnya dengan harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik. Tak heran jika produk China membanjiri berbagai negara dan sangat diminati masyarakat di seluruh dunia karena inovasi yang mereka lakukan.

Inovasi adalah sebuah keharusan yang wajib dilakukan di era modern. Tanpa inovasi, sebuah negara akan terus terbelakang dan akhirnya terdampar dari arus pertukaran informasi dan komunikasi dunia. Dalam hal ini, Kementerian Negara Riset dan Teknologi dihadirkan untuk menjadi inspirator, motivator, dan katalisator dalam mendorong anak bangsa untuk menjadi inovator IT handal di masa mendatang. Dimeriahkan dengan berbagai kompetisi, workshop, seminar, entertainment, dan exhibition, Kementerian Negara Riset dan Teknologi sudah menjadi wadah yang tepat bagi anak bangsa untuk menjawab keingintahuan mereka akan teknologi yang berkembang saat ini dan kunci yang tepat untuk melakukan inovasi dalam bidang IT.

Kini yang menjadi pertanyaan penting bagi kita adalah mungkinkah kita mengembangkan innovative DNA dalam diri masyarakat Indonesia? Penulis mengatakan mungkin, bahkan sangat mungkin. Dengan potensi sumber daya alam (SDA), budaya, sumber daya manusia (SDM), dan letak geografis yang strategis, Indonesia sebenarnya sudah mempunyai modal yang besar untuk menjadi bangsa yang berinovasi. Hanya saja, kurangnya dukungan pemerintah dan keterbatasan dana menjadi palang penghambat dalam melakukan inovasi di Indonesia.

Bangsa kita sebenarnya bangsa yang sangat inovatif dalam menciptakan sebuah karya. Kita bisa melihat bagaimana batok kelapa yang tidak mempunyai nilai jual bisa “disulap” menjadi asbak, lukisan, bahkan pajangan dengan kreasi yang diberikan si pembuat. Tak hanya itu, barang-barang bekas yang tidak terpakai pun bisa dijadikan mainan anak yang memiliki nilai jual. Kita patut bangga bahwa DNA inovasi dalam diri masyarakat Indonesia itu sudah ada, hanya saja belum diberdayakan dengan baik dalam wadah yang tepat.

Dalam bidang IT, kualitas anak bangsa dalam menginovasikan sebuah penemuan yang sudah ada menjadi produk lain yang berkualitas pun dapat dilakukan dengan cerdas. Situs salingsapa.com, misalnya. Situs yang didirikan Muhammad Yahya Harlan, siswa yang masih duduk di bangku SMP ini memang menjadi situs jejaring sosial yang menampilkan nuansa religius yang kental dan bernafas nasionalisme. Situs ini bisa jadi akan menggantikan Facebook di masa mendatang jika inovasi yang dilakukan terus dikembangkan secara berkesinambungan.

Lain halnya dengan Artav Antivirus. Antivirus yang dibuat oleh kakak beradik Arrival ini boleh dikatakan sangat ampuh dalam mendeteksi dan menghilangkan virus baru yang berkeliaran di dunia maya. Antivirus yang lahir dari kekesalannya akan komputer yang selalu dijangkiti virus membuatnya berani berinovasi dari buku-buku komputer yang ada untuk menciptakan produk Antivirus yang bermanfaat bagi banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa anak bangsa Indonesia sangat potensial untuk menjadi inovator handal di masa depan.

Tak ketinggalan Zyrex, Advan, dan Axioo. Ketiga perusahaan yang bergerak di bidang PC dan IT ini merupakan produk anak bangsa yang patut dibanggakan. Di tengah persaingan teknologi dunia yang begitu ketat, mereka hadir untuk membuktikan bahwa produk buatan anak bangsa tidak boleh diremehkan keberadaannya. Dengan inovasi dan kreativitas yang diberikan pada setiap produk yang diciptakan, mereka pun dapat tetap eksis di tengah belantika persaingan IT internasional.

Mahasiswa Indonesia yang seringkali dijuluki sebagai agen perubahan pun sudah berprestasi dengan gemilang di kancah internasional dalam bidang inovasi. Tim robot Universitas Komputer (Unikom) selalu pulang dengan gelar juara dalam berbagai kompetisi robot dunia yang diadakan. Belum lama ini mereka menjadi juara RoboWaiter di AS. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan IT Indonesia sebenarnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Yang menjadi tugas bagi kita selanjutnya adalah bagaimana kita mentransfer kemampuan IT pada setiap masyarakat Indonesia dalam rangka membangun kemandirian nasional.

Kemandirian nasional dapat tercapai jika kita mampu mengkolaborasikan inovasi dan kreativitas yang kita miliki sebagai motor dan katalisator untuk memajukan bangsa. Hal itu bisa kita lakukan dengan LINK. Diharapkan LINK dapat menjadi titik awal kebangkitan inovasi karya anak bangsa di bidang IT.

L – Local Culture

Pernahkah terpikir di benak kita bahwa kemajemukan Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa bisa dimanfaatkan sebagai sebuah modal awal yang sangat baik dalam melakukan inovasi? Tentu kita bertanya-tanya bagaimana cara menggabungkan budaya lokal bangsa kita dengan teknologi. Bukankah teknologi dan tradisi tidak dapat bersatu layaknya air dan minyak? Saat tradisi berbau konvensional, sementara teknologi berbau modern. Jawaban dari pertanyaan ini tentu menuntut kita untuk berpikir kreatif. Mengapa kita tidak menggunakan “sabun” sebagai jembatan untuk menghubungkan keduanya?

“Sabun” dalam analogi di atas adalah konten yang terkandung dalam teknologi yang kita inovasikan. Penulis pernah melihat sebuah produk biskuit melakukan inovasi yang sangat cerdas melalui situs jejaring sosial. Mereka membuat sebuah permainan online yang mengusung konsep Bhinneka Tunggal Ika. Perusahaan ini mengemas 500 suku bangsa yang ada di Indonesia menjadi sebuah permainan pertualangan yang sangat menarik dengan berbagai penjelasan sejarah di dalamnya. Hal ini tentu dapat menjadi sebuah inovasi yang cerdas dan membangun kemandirian nasional secara berkesinambungan.

Kita dapat menerapkan konsep ini dalam programming maupun games komputer yang bisa kita buat. Tambahkan muatan lokal budaya bangsa kita sebagai ornamen utama yang dominan dalam program yang kita buat. Keunikan dan nuansa khas kedaerahan yang bangsa kita miliki dapat menjadi daya tarik yang sangat memikat masyarakat internasional untuk mengenal lebih jauh apa itu Indonesia dan intrik-intrik yang ada di dalamnya. Menjadikan konten lokal budaya kita juga sekaligus menunjukkan rasa nasionalisme dan penghargaan kita pada Indonesia. Langkah ini sekaligus membuat otak kita terpacu untuk menginovasikan dan mengkreasikan budaya bangsa dalam balutan teknologi.

I – Implantasi

DNA inovasi juga dapat diciptakan dengan implantasi pendidikan kreatif yang dilakukan sejak dini di bangku sekolah. Dalam hal ini, revitalisasi citra dan sistem pendidikan Indonesia adalah sebuah keharusan dan PR bagi pemerintah untuk membangun kemandirian nasional. Saat ini, arah pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada nilai dengan mengerjakan sejumlah soal. Sementara itu, kreativitas dan inovasi menjadi prioritas nomor sekian yang ditanamkan sekolah pada anak-anak didiknya. Hal ini tentu menghambat implantasi DNA inovasi dalam diri anak bangsa.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan harus mampu mengubah mind set pendidikan yang ada saat ini. Selama ini, anak bangsa selalu didikte dan didogma untuk menerima ilmu yang mutlak dari guru yang mengajar mereka. Meskipun pelajar memiliki argumen yang dapat dipertanggungjawabkan, namun jika berbeda dengan apa yang diajarkan, guru tetap bersikeras mengatakan apa yang dikatakan pelajar tersebut sebagai sebuah kesalahan. Hal ini membuat embrio inovasi yang ada dalam diri pelajar menjadi terkurung dalam jeruji besi.

Inovasi dan kreativitas dapat tercipta jika implantasi DNA inovasi mampu berkembang dengan baik dan sebebas-bebasnya di bangku sekolah. Guru yang selama ini menjadi sumber ilmu utama, kini harus mengalami transformasi atau perubahan untuk menjadi mentor semata. Ketika kita menginginkan DNA inovasi tumbuh dan berkembang dengan baik, guru harus bisa memposisikan perannya sebagai pembimbing yang membantu pelajar, bukan hakim yang menilai secara sepihak. Penulis yakin ketika guru tidak mengatakan “salah” atau “benar” pada apa yang dilakukan pelajar untuk mengerjakan suatu hal yang positif, mereka akan tumbuh sebagai anak bangsa yang kreatif dan inovatif. Implantasi DNA inovasi pun dapat berjalan dengan baik.

N – Navigasi

Potensi anak bangsa yang kreatif dan inovatif ini tidak akan tersalurkan dengan baik tanpa navigasi yang tepat dari pemerintah. Saat ini, Kementerian Perdagangan sudah menetapkan 14 sektor kreatif yang dapat menjadi acuan bagi anak bangsa untuk berkreasi dan mempromosikan karya yang mereka buat. Tentu navigasi yang tepat dari pemerintah disertai apresiasi, bimbingan, dan dukungan dalam bentuk finansial mampu membuat anak bangsa aktif menciptakan inovasi yang dapat dibanggakan.

Navigasi yang dilakukan pemerintah dapat berupa pengadaan sebuah kompetisi kreatif, di mana anak bangsa diminta untuk membuat sebuah produk inovatif yang bermanfaat bagi bangsa. Tentu pemenang dari kompetisi ini hendaknya tidak hanya diberikan apresiasi dengan uang pembinaan semata, melainkan dapat dibimbing dan diarahkan untuk menciptakan produk inovatif secara profesional. Navigasi semacam ini akan membentuk DNA inovasi, sekaligus jiwa entrepreneurship yang baik untuk memasarkan produk yang dibuatnya.

Pemerintah juga dapat merekrut mahasiswa IT Indonesia untuk didayagunakan sebagai kreator yang handal dalam membangun website pemerintah. Jangan sampai kasus Komisi 8 yang tidak memiliki e-mail kelembagaan terulang kembali dan mencoreng citra bangsa kita. Berikan mahasiswa IT Indonesia ruang untuk berkarya dan berekspresi dengan sebebas-bebasnya dalam merancang dunia virtual pemerintah Indonesia agar mampu memikat dan memberi gambaran positif masyarakat internasional bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang inovatif.

Navigasi lainnya yang bisa diterapkan adalah pembangunan sekolah kreatif secara berkesinambungan di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah dapat mewadahi bakat dan minat anak bangsa untuk dikembangkan dan disalurkan di sekolah ini. Tentu proses perkembangan embrio kreatif dan inovatif dapat berkembang dengan baik di lingkungan sekolah yang kondusif dengan bimbingan yang aktif dan aplikatif pada dunia usaha. Pemerintah pun dapat memetik nilai berharga dari inovasi yang dilakukan anak bangsa, yakni tidak tergantungnya bangsa kita pada teknologi yang diciptakan negara lain.

K – Kemasan

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam menjual karya inovasi adalah kemasan yang menarik. Memang ada pepatah “Don’t judge book by it’s cover”, tetapi dalam inovasi pepatah ini patut untuk kita hilangkan. Masyarakat internasional lebih suka melihat tampilan visual yang menarik dari sebuah produk, baru menikmati konten di dalamnya. Bukan sebaliknya. Sebagus apapun konten dalam produk inovasi yang kita buat, jika tidak ditunjang dengan kemasan luar yang menarik, maka akan membuahkan kesia-siaan. Maka kemasan yang menarik dan memiliki nilai jual patut kita perhatikan dalam mengembangkan produk inovatif Indonesia menjadi produk primadona internasional.

Kemasan yang menarik dapat kita buat dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki bangsa kita. Kita bisa memanfaatkan tembikar sebagai bahan kemasan bungkus produk kita yang berbentuk fisik. Dalam ranah IT, kemasan menarik pun dapat kita buat dengan desain grafis yang menarik. Berikan sentuhan lokal yang dipadukan dengan unsur kekinian untuk menarik minat pengunjung yang datang dan melihat hasil karya inovasi kita. Penulis yakin menariknya kemasan yang dibuat akan sangat menunjang penjualan software maupun produk fisik kreatif dan inovatif yang diciptakan oleh tangan-tangan anak bangsa.

Implementasi LINK diharapkan mampu menjadikan produk Indonesia menjadi “tuan” dari produk-produk impor lainnya. Jika selama ini BlackBerry, iPhone. iPod, iPad, dan berbagai merk teknologi lainnya yang merajai pasaran Indonesia. Dengan LINK, mari kita ubah situasi tersebut menjadi berpihak pada produk dalam negeri.

Penulis yakin inovasi karya anak bangsa mampu membawa bangsa kita menuju kemandirian nasional. Pemerintah tidak perlu lagi mengimpor produk teknologi karena bangsa kita sudah memiliki karya inovatif yang dapat dibanggakan dan digunakan secara optimal. Kolaborasi inovasi dan kreativitas yang dimiliki anak bangsa pun dapat menjadi motor dan katalisator yang baik dalam membangun kemandirian nasional. Kemandirian nasional pun menjadi kepastian yang diperoleh pemerintah ketika karya inovasi anak bangsa sudah mendapat tempat yang layak di hati masyarakat. Tatkala masa itu tiba, mari kita kembangkan DNA inovasi dan dukung anak bangsa kita dengan LINK!

No comments:

Post a Comment