Kontes Unggulan Cermin Berhikmah (KUCB)
Mengubah Dunia
Waktu kecil, aku selalu bermimpi untuk mengubah dunia. Aku ingin membentuk dunia sesuai harapan dan impianku. Alam yang begitu hijau, perdamaian dunia tercipta, tidak ada lagi konflik antarnegara, dan membayangkan Bumi menjadi serupa dengan negeri mimpi yang penuh keajaiban. Cita-citaku begitu mengebu-gebu. Aku berupaya agar dunia berubah sesuai keinginanku.
Setiap hari sepulang sekolah, aku selalu menceritakan impianku pada kedua orang tuaku. Mereka hanya tersenyum manis sambil membelai kepalaku. “Anak pintar. Pasti kelak cita-citamu akan tercapai.” Aku yakin mereka juga memahami keinginanku. Lambat laun setelah aku mulai bertumbuh dan beranjak dewasa, aku sadar bahwa mengubah dunia bukanlah hal yang mudah. Aku pun memutuskan untuk mengubah cita-citaku menjadi lebih rendah dari sebelumnya.
Beranjak remaja, aku memutuskan untuk berusaha mengubah negaraku. Cita-cita yang jauh lebih rendah dibandingkan cita-citaku sebelumnya. Aku ingin negaraku bebas dari korupsi, makelar pajak, KKN, bencana alam, dan konflik antar SARA. Aku membayangkan Indonesia yang damai tanpa adanya kriminalitas dan tumbuhnya solidaritas antarmasyakat di Indonesia. Layaknya seorang orator, aku mengungkapkan gagasanku pada kedua orang tuaku. Mereka kagum dengan impianku. “Bagus, Nak. Teruskan mimpimu!” Demikian kata mereka.
Perlahan, aku menyadari bahwa keinginanku tidak tercapai. Mengubah negara ternyata tidak semudah yang ku kira. Aku pun memutuskan untuk mengubah kembali cita-citaku agar dapat dengan mudah ku capai. Memasuki fase pemuda, aku bermimpi untuk mengubah kotaku menjadi lebih baik. Aku ingin jalanan bebas dari polusi dan kendaraan bermotor, masyarakat tertib membuang sampah pada tempatnya, tidak ada jalan berlubang, tidak ada geng motor, dan lain sebagainya. Aku mengungkapkan keinginanku pada teman-temanku. Mereka hanya mengatakan, “Wah kamu memang generasi muda yang cerdas!” Aku tersenyum mendengarnya.
Lagi-lagi aku kesulitan mewujudkan impianku. Kotaku tetap tidak berubah dan semua harapan yang ku gantungkan menguap seketika. Jalanan masih penuh dengan sampah dang eng motor masih berkeliaran di sepanjang jalan. Aku sadar bahwa cita-citaku masih terlalu tinggi. Aku pun memutuskan untuk kembali mengubah cita-citaku. Beranjak dewasa, aku memutuskan untuk mengubah masyarakat yang ada di sekitarku. Aku yakin kali ini cita-citaku akan berhasil.
Aku ingin orang-orang yang ada di sekelilingku saling menyapa dengan hangat, membina gotong royong, dan punya rasa solidaritas yang tinggi. Saat ini, ku lihat masyarakat cenderung individualistis dan mengutamakan kepentingannya masing-masing. Aku berusaha mengubah masyarakat agar bisa memenuhi harapanku. Aku menceritakan kisah ini pada anak-anakku tentang bagaimana misiku untuk mengubah masyarakat. Tapi sayang, impianku kali ini gagal kembali. Masyarakat tetap tidak berubah dan melakukan hal yang tidak ku inginkan.
Akhirnya, aku pun beranjak tua. Aku mulai sakit-sakitan dan berharap bisa terus berharap dan berharap. Aku bermimpi untuk mengubah keluargaku. Aku ingin keluargaku hidup rukun dan menjalin tali silaturahmi dengan baik. Aku ingin anak dan menantuku datang merawat dan menjengukku. Aku selalu menceritakan harapanku pada mereka. Tapi lagi-lagi harapanku tak tercapai. Kesibukan mereka menghempaskan semua asa dan harapan yang ku gantungkan pada mereka.
Kala detak jantungku mulai berdetak tak beraturan dan nafasku terasa sesak, aku mulai mengulas kembali kisah kehidupanku. Sejak kecil, aku berusaha untuk mengubah dunia dan tidak tercapai. Beranjak remaja, aku memutuskan untuk mengubah negara dan tidak tercapai. Beranjak pemuda, aku memutuskan untuk mengubah kota dan kembali tidak tercapai. Beranjak dewasa, aku memutuskan untuk mengubah masyarakat dan lagi-lagi tidak tercapai. Pada akhirnya, di usia senja aku memutuskan untuk mengubah keluarga dan semuanya tidak tercapai. Aku bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak mengabulkan keinginanku.
Aku selalu berusaha untuk mengubah apa yang ada di sekelilingku. Aku ingin semua orang melakukan apa yang ku harapkan pada mereka. Tiba-tiba aku sadar, bahwa aku melupakan satu hal penting. Aku lupa untuk mengubah diriku sendiri. Aku terlalu berambisi untuk mengubah dunia, negara, kota, masyarakat, dan bahkan keluargaku, tapi aku melupakan perubahan dalam diriku sendiri.
Aku baru sadar bahwa apa yang bisa ku lakukan sepanjang hidup ini hanyalah mengubah diriku sendiri. Aku hanya bisa mengubah kepribadian dan sikapku yang mungkin tidak menyenangkan bagi orang lain. Aku bisa memulai itu semua dengan langkah kecil, seperti tersenyum, melakukan kebaikan, dan memberikan hal terbaik bagi orang-orang di sekelilingku. Hal kecil yang ku lakukan pasti akan berdampak bagi banyak pihak.
Aku membayangkan ketika aku memutuskan untuk mengubah sikapku yang buruk, aku yakin keluargaku akan melihat perubahan yang terjadi pada diriku. “Wah ternyata papa sudah berubah. Berarti kita juga harus lebih baik dari beliau.” Keluargaku pun akan terinspirasi untuk melakukan perubahan sepertiku. Kelak apa yang mereka lakukan akan dilihat masyarakat sekitar. Masyarakat akan melihat keluargaku menjadi bermanfaat dan melakukan kebaikan bagi lingkungan sekitar. Masyarakat pun terdorong untuk melakukan hal yang sama dengan keluargaku.
Masyarakat yang berubah menjadi lebih baik dan rukun pun kelak akan membangun kota ini dengan baik. Semua orang melakukan bagiannya dengan baik, menjaga ketertiban, dan menerima perbedaan SARA dengan baik. Langkah ini kelak akan mengubah kotaku menjadi lebih baik. Kota yang baik tentu akan menghasilkan devisa yang besar bagi negara. Jika kotaku dapat mempengaruhi kota-kota lainnya, maka negaraku pun akan menjadi lebih baik.
Negaraku yang baik tentu akan mempengaruhi hubungan diplomatik antarnegara. Negaraku bisa jadi sumber inspirasi dan motivasi bagi negara berkembang lainnya untuk bangkit dan maju dalam menghadapi tantangan zaman. Pada akhirnya, dunia akan berubah menjadi lebih baik dan semua harapanku akan terwujud. Aku begitu senang membayangkan hal itu terjadi.
Sayang, waktu sudah tidak memberiku kesempatan untuk melakukan hal itu. Tiba-tiba, kandungan oksigen yang ada dalam darahku menipis dan nafasku mulai terasa berat. Aku takut membayangkan kematian akan menjemputku sebelum aku meraih cita-citaku. Ketakutan pun terjadi. Sore itu, aku menghembuskan nafas terakhirku di rumah sakit tanpa seorang anakpun yang hadir di sampingku. Ya, semua karena aku telah membuat kesalahan besar dalam hidupku. Aku tidak mau berusaha untuk mengubah diriku sendiri. Aku hanya bisa menyesali semua tindakan yang ku perbuat selama hidup.
Lewat kisah ini kita belajar bahwa mengubah dunia sebenarnya bukan pekerjaan sulit dan mustahil untuk kita lakukan. Hanya saja, seringkali paradigma dan pola pikir kita terlampau jauh untuk mengubah dunia. Kita terlalu terobsesi untuk mengubah dunia, sementara hal kecil yang ada di sekitar kita pun belum kita upayakan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Ingat, sebuah perubahan selalu lahir dari langkah kecil yang kita perbuat. Tidak ada hal besar tanpa hal kecil. Hal ini harus kita pahami dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak orang yang akhirnya kecewa dan putus asa karena harapan yang mereka buat terlalu tinggi dan tidak realistis. Mereka tidak mau memulai semuanya dari diri mereka sendiri karena mereka merasa yang paling hebat dan benar. Padahal banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri manusia yang harus kita ubah bersama-sama melalui proses yang panjang. Mereka hanya menganggap dunia yang harus berubah untuk mereka, bukan mereka yang harus berubah untuk dunia.
Mulai hari ini, mari kita belajar untuk mengubah diri kita terlebih dahulu sebelum mengharapkan perubahan dari orang lain. Ubahlah sikap, tindakan, dan perilaku kita yang kurang baik menjadi sebuah aksi yang bermanfaat bagi orang lain. Kelak perubahan yang kita lakukan akan mempengaruhi orang yang ada di sekitar kita untuk membantu impian kita dalam melakukan perubahan. Pada akhirnya, harapan untuk mengubah dunia itu akan tercapai meskipun membutuhkan proses yang panjang.
Selagi Tuhan masih mempercayakan nafas kehidupan pada kita, mari kita mengubah apa yang bisa kita ubah pada diri kita masing-masing. Jangan sampai semuanya terlambat untuk dilakukan dan akhirnya timbul penyesalan dalam diri kita karena tidak sempat melakukan perubahan terkecil sekalipun dalam hidup. Karena itu, berubahlah untuk dunia, maka dunia akan berubah untukmu!
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp.
No comments:
Post a Comment