Showing posts with label warisan. Show all posts
Showing posts with label warisan. Show all posts

Friday, January 22, 2010

Mengenal Kain Asli Indonesia

Mengenal Kain Asli Indonesia
By. Daniel Hermawan

Tak terasa sudah 3 bulan batik diakui UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia. Sejak diresmikannya batik pada tanggal 2 Oktober 2009 di Perancis, berbagai lembaga berbondong-bondong mewajibkan pemakaian batik sebagai wujud kecintaan terhadap budaya bangsa. Kini, batik sudah aman dalam genggaman tangan bangsa Indonesia.

Namun ada juga kain asli Indonesia, selain batik, yang belum aman dari ancaman bangsa lain. Tak kenal, maka tak sayang. Peribahasa ini sangat cocok dengan keberadaan warisan budaya di Indonesia. Nah supaya kain asli Indonesia ini dapat diakui UNESCO dan mengikuti jejak batik, mari kita berkenalan lebih dekat dengan mereka.

Batik

Kain asli Indonesia yang satu ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan kita. Nama kain yang berasal dari Jawa ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu amba yang berarti menulis dan titik yang berarti titik. Berdasarkan asal kata batik, kita tahu cara pembuatan batik yang menuliskan titik-titik dengan canting. Tinta yang digunakan untuk menulis batik disebut malam.

Corak dan motif batik ternyata menentukkan status sosial seseorang pada jaman dulu. R. A. Kartini, seorang pejuang kaum wanita selalu mengenakan batik dengan motif parang untuk menunjukkan statusnya sebagai bangsawan. Sekarang, corak dan motif batik bebas digunakan oleh siapa saja, tanpa memandang status sosial orang tersebut. Saat ini, hanya keluarga kerajaan Surakarta dan Yogyakarta yang masih menganut kebudayaan jaman dulu dengan mengenakan batik bermotif tertentu.

Batik biasanya dipakai dalam acara yang bersifat resmi. Nah sebagai generasi penerus bangsa, kita bisa mengubah pola pikir itu. Hal itu dapat kita lakukan dengan memakai batik dalam acara non formal dipadu dengan gaya masa kini. Dengan desainer handal, tentunya kita bisa memasangkan batik dengan model yang up to date. Dijamin kita tetap gaya dan rasa kepedulian kita terhadap batik semakin meningkat. Pemerintah juga sudah menetapkan pegawai BUMN/BUMD untuk wajib menggunakan batik pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.

Tentunya kita patut bangga memakai batik. Kain asli Indonesia yang satu ini dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan memiliki motif yang sangat unik. Banyak wisatawan asing berbondong-bondong ke Indonesia untuk mempelajari cara pembuatan batik. Sebagai warga Indonesia, sudah sepatutnya kita mencintai budaya bangsa. Hal ini dapat kita lakukan dengan antusias mempelajari cara pembuatan batik dan bangga memakainya. Jangan sampai kita kalah dengan bule-bule yang bangga memakai batik.

Ulos


Ulos atau yang berarti kain ini lekat dengan budaya Batak yang ada di Sumatera Utara. Ulos dibuat dengan cara menenun. Warna yang biasanya dipakai dalam pembuatan ulos, antara lain hitam, merah dan putih, dengan tenunan benang emas atau perak.

Ulos juga ternyata memiliki arti tersendiri dalam budaya Batak. Misalnya, ulos Sibolang dipakai pada saat berkabung dan umumnya diberikan kepada istri orang yang meninggal. Contoh lainnya, ulos Saput yang dipakai untuk membungkus jenazah. Ulos biasanya dipakai dalam acara adat.

Well, meskipun Ulos adalah kain kebudayaan Batak, kita juga harus peduli terhadap nasib kain asli Indonesia yang satu ini. Hal ini dapat dilakukan dengan mempromosikan Ulos dalam berbagai media, seperti blog, media massa, juga situs pariwisata Indonesia. Tunjukkan keunikan dan makna pemakaian Ulos, sehingga Ulos dapat dikenal dan eksis di Indonesia. Jangan lupa untuk mendukung pengakuan Ulos sebagai warisan budaya Indonesia ke UNESCO, agar Ulos tidak menjadi korban penculikan bangsa lain.

Songket


Kain yang awalnya dipakai untuk destar atau ikat kepala laki-laki ini juga dibuat dengan cara ditenun. Sutera dengan benang emas dan perak merupakan kain yang biasa dipakai dalam pembuatan songket. Untuk menjadi selembar kain, songket harus ditenun melalui delapan tingkat. Karena prosesnya rumit, kain songket baru bisa selesai dalam waktu tiga hari. Tak heran harga songket umumnya sangat tinggi sesuai dengan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.

Songket terdiri dari 2 jenis, yaitu songket balapak dan songket batabua. Songket balapak motifnya ditenun padat dan rapat, sedangkan songket batabua motifnya ditenun tersebar.

Melihat Songket yang memiliki tingkat kerumitan sangat tinggi, kita patut bangga lho dengan kain asli Indonesia yang satu ini. Pembuatan Songket mengindikasikan tangan-tangan terampil pengrajin Indonesia yang luwes dalam menenun. Kita juga bisa ambil bagian dalam melestarikan Songket sebagai budaya bangsa. Caranya, kita bisa mempromosikan penjualan kain Songket ke mancanegara lewat media yang disediakan internet, seperti e-Bay. Tentu selain Songket semakin dikenal oleh orang-orang di seluruh dunia, juga mendatangkan devisa bagi negara tercinta. Ayo, kita promosikan Songket!

Tenun Ikat


Pembuatan kain yang populer di daerah Bali dan Nusa Tenggara ini termasuk unik. Why? Ternyata sebelum ditenun, kain ini sudah melalui proses tye dye untuk membuat corak dan warna yang diinginkan. Di Indonesia, ada 3 jenis tenun ikat, yakni tenun ikat lungsi, tenun ikat pakan, dan tenun ikat ganda. Biasanya kita sering menemukan tenun ikat ganda di Bali. Sedangkan tenun ikat yang ada di Flores biasanya hanya menggunakan satu motif di tengah kain. Perbedaan itu menunjukkan ciri khas kain tenun ikat dari tiap wilayah dengan ciri dan maknanya tersendiri. Secara fungsional, kain tenun ikat sama-sama dipakai sebagai sarung atau selendang, pada acara adat atau yang bersifat resmi.

Wow, ternyata kain asli Indonesia yang satu ini memiliki beragam motif di berbagai daerah. Berarti tiap daerah punya tangan-tangan kreatif untuk menghasilkan kain tenun ikat ini. Kita juga bisa menunjukkan kepedulian kita terhadap kain tenun ikat dalam kehidupan sehari-hari lho. Kalau kita pernah berkunjung ke Bali, kita bisa membeli kain tenun ikat ini dengan harga yang cukup terjangkau. Kita bisa menjadikan kain tenun ikat ini sebagai pajangan dinding, juga asesoris pelengkap dalam tarian tradisional. Bangga dong punya kain beraneka motif ini.

That’s all. Keempat kain asli Indonesia ini memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, baik dalam cara pembuatan, corak, dan motifnya. Sebagai anak bangsa, kita patut bangga dengan keluwesan tangan pengrajin Indonesia dalam pembuatan kain-kain ini. Tak lupa kita juga harus menjaga dan melestarikan kain asli Indonesia ini. Jangan biarkan tangan asing menjamah dan merebut kebudayaan bangsa kita, seperti Tari Pendet, Lagu Rasa Sayange, dan kawan-kawannya. Mari tunjukkan kepedulian kita pada kain asli Indonesia!

Let’s do a small thing to get a big thing. Kamu bisa turut mendukung kain asli Indonesia ini untuk segera diakui UNESCO dengan mengirimkan vote dan komentar di blog ini.

Wednesday, December 16, 2009

Saatnya Menunjukkan Eksistensi Batik

Saatnya Menunjukkan Eksistensi Batik
By. Daniel Hermawan


Masih segar di ingatan kita, batik diresmikan UNESCO sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya pada tanggal 2 Oktober lalu. Sebagai anak bangsa, tentu kita patut bangga terhadap upaya pemerintah selama ini dalam menghakpatenkan batik. Setelah Tari Pendet, lagu Rasa Sayange, dan berbagai budaya Indonesia diakui negeri jiran sebagai budaya bangsanya, kini bangsa kita sudah bisa sedikit bernafas lega. Batik sudah aman dalam genggaman tangan bangsa kita.

Sebagai wujud kebanggaan terhadap peresmian batik, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau masyarakat untuk memakai batik. Pemerintah juga menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Peringatan Hari Batik Nasional diisi dengan berbagai kegiatan. Sebut saja pawai keliling dengan pakaian batik di Jawa Tengah, bersepeda dengan pakaian batik di Bandung, dan masih banyak lainnya. Sekolah saya juga mengimbau seluruh siswa untuk mengenakan batik. Hal ini dilakukan sebagai wujud kecintaan kita terhadap budaya bangsa.

Batik hanyalah satu dari sekian ratus, bahkan sekian ribu budaya bangsa kita yang belum terdaftar di UNESCO. Peringatan Hari Batik Nasional ini hendaknya dapat memicu ribuan budaya Indonesia lainnya untuk segera dihakpatenkan agar tidak disalahgunakan oleh bangsa lain. Hal ini dilakukan untuk melindungi warisan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya.

Batik memang sudah aman dalam genggaman tangan bangsa kita. Namun tanpa adanya rasa memiliki dalam hari rakyat Indonesia, tentu pencapaian pemerintah hanya sekedar formalitas belaka. Sebagai warga Indonesia, kita patut menjaga dan melestarikan budaya batik dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan batik setiap hari.

Sebagai pelajar, kita dapat menjadikan batik sebagai “trend abad 21”. Kita dapat menggunakan batik untuk berjalan-jalan ke mal dan acara ulang tahun teman. Meskipun kita akan dianggap aneh oleh orang lain, kita patut bangga terhadap diri kita sendiri. Kita berani menjadi trendsetter yang membanggakan bangsa dan negara tercinta. Justru orang yang menghina kita yang patut malu dengan dirinya. Apakah dia sudah mencintai batik atau cuma sekedar omdo tanpa ada tindakan konkrit?

Rasa memiliki merupakan unsur terpenting dalam melestarikan budaya batik. Tanpa adanya rasa memiliki, kita akan bersikap masa bodoh terhadap budaya batik. Tanamkan pemikiran dalam diri kita bahwa batik adalah harta karun peninggalan nenek moyang kita yang sangat berharga. Dengan begitu, kita merasa batik adalah harta kita bersama yang harus dijaga keberadaannya dari para penjajah budaya. Melestarikan batik menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik. Kita akan melestarikan batik tanpa beban sama seperti menjaga barang pribadi kepunyaan kita masing-masing.

Jika selama ini kita menggunakan batik dalam acara formal. Kita dapat memulai perubahan dengan memakai batik setiap hari. Hal ini menunjukkan kita mencintai dan bangga terhadap budaya batik. Ingat, perubahan dimulai dari hal kecil. Dengan memakai batik mulai dari diri sendiri, kita dapat membawa pengaruh besar bagi orang-orang di sekeliling kita. Pada akhirnya, negeri jiran tidak dapat berkutik untuk mengakui batik sebagai budayanya.

Sudah saatnya kita menunjukkan eksistensi batik di kancah internasional. Hal ini dapat dilakukan dengan memakai batik di manapun kita berada. Sama seperti peribahasa, ada gula ada semut. Kita pun dapat mengubah peribahasa itu menjadi: ada batik ada aku. Banggakan batik sebagai warisan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Selamat menjadi trendsetter-trendsetter batik yang mengharumkan bangsa dan negara tercinta!