Sunday, January 30, 2011

Mengubah Dunia

Kontes Unggulan Cermin Berhikmah (KUCB)

Mengubah Dunia

Waktu kecil, aku selalu bermimpi untuk mengubah dunia. Aku ingin membentuk dunia sesuai harapan dan impianku. Alam yang begitu hijau, perdamaian dunia tercipta, tidak ada lagi konflik antarnegara, dan membayangkan Bumi menjadi serupa dengan negeri mimpi yang penuh keajaiban. Cita-citaku begitu mengebu-gebu. Aku berupaya agar dunia berubah sesuai keinginanku.

Setiap hari sepulang sekolah, aku selalu menceritakan impianku pada kedua orang tuaku. Mereka hanya tersenyum manis sambil membelai kepalaku. “Anak pintar. Pasti kelak cita-citamu akan tercapai.” Aku yakin mereka juga memahami keinginanku. Lambat laun setelah aku mulai bertumbuh dan beranjak dewasa, aku sadar bahwa mengubah dunia bukanlah hal yang mudah. Aku pun memutuskan untuk mengubah cita-citaku menjadi lebih rendah dari sebelumnya.

Beranjak remaja, aku memutuskan untuk berusaha mengubah negaraku. Cita-cita yang jauh lebih rendah dibandingkan cita-citaku sebelumnya. Aku ingin negaraku bebas dari korupsi, makelar pajak, KKN, bencana alam, dan konflik antar SARA. Aku membayangkan Indonesia yang damai tanpa adanya kriminalitas dan tumbuhnya solidaritas antarmasyakat di Indonesia. Layaknya seorang orator, aku mengungkapkan gagasanku pada kedua orang tuaku. Mereka kagum dengan impianku. “Bagus, Nak. Teruskan mimpimu!” Demikian kata mereka.

Perlahan, aku menyadari bahwa keinginanku tidak tercapai. Mengubah negara ternyata tidak semudah yang ku kira. Aku pun memutuskan untuk mengubah kembali cita-citaku agar dapat dengan mudah ku capai. Memasuki fase pemuda, aku bermimpi untuk mengubah kotaku menjadi lebih baik. Aku ingin jalanan bebas dari polusi dan kendaraan bermotor, masyarakat tertib membuang sampah pada tempatnya, tidak ada jalan berlubang, tidak ada geng motor, dan lain sebagainya. Aku mengungkapkan keinginanku pada teman-temanku. Mereka hanya mengatakan, “Wah kamu memang generasi muda yang cerdas!” Aku tersenyum mendengarnya.

Lagi-lagi aku kesulitan mewujudkan impianku. Kotaku tetap tidak berubah dan semua harapan yang ku gantungkan menguap seketika. Jalanan masih penuh dengan sampah dang eng motor masih berkeliaran di sepanjang jalan. Aku sadar bahwa cita-citaku masih terlalu tinggi. Aku pun memutuskan untuk kembali mengubah cita-citaku. Beranjak dewasa, aku memutuskan untuk mengubah masyarakat yang ada di sekitarku. Aku yakin kali ini cita-citaku akan berhasil.

Aku ingin orang-orang yang ada di sekelilingku saling menyapa dengan hangat, membina gotong royong, dan punya rasa solidaritas yang tinggi. Saat ini, ku lihat masyarakat cenderung individualistis dan mengutamakan kepentingannya masing-masing. Aku berusaha mengubah masyarakat agar bisa memenuhi harapanku. Aku menceritakan kisah ini pada anak-anakku tentang bagaimana misiku untuk mengubah masyarakat. Tapi sayang, impianku kali ini gagal kembali. Masyarakat tetap tidak berubah dan melakukan hal yang tidak ku inginkan.

Akhirnya, aku pun beranjak tua. Aku mulai sakit-sakitan dan berharap bisa terus berharap dan berharap. Aku bermimpi untuk mengubah keluargaku. Aku ingin keluargaku hidup rukun dan menjalin tali silaturahmi dengan baik. Aku ingin anak dan menantuku datang merawat dan menjengukku. Aku selalu menceritakan harapanku pada mereka. Tapi lagi-lagi harapanku tak tercapai. Kesibukan mereka menghempaskan semua asa dan harapan yang ku gantungkan pada mereka.

Kala detak jantungku mulai berdetak tak beraturan dan nafasku terasa sesak, aku mulai mengulas kembali kisah kehidupanku. Sejak kecil, aku berusaha untuk mengubah dunia dan tidak tercapai. Beranjak remaja, aku memutuskan untuk mengubah negara dan tidak tercapai. Beranjak pemuda, aku memutuskan untuk mengubah kota dan kembali tidak tercapai. Beranjak dewasa, aku memutuskan untuk mengubah masyarakat dan lagi-lagi tidak tercapai. Pada akhirnya, di usia senja aku memutuskan untuk mengubah keluarga dan semuanya tidak tercapai. Aku bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak mengabulkan keinginanku.

Aku selalu berusaha untuk mengubah apa yang ada di sekelilingku. Aku ingin semua orang melakukan apa yang ku harapkan pada mereka. Tiba-tiba aku sadar, bahwa aku melupakan satu hal penting. Aku lupa untuk mengubah diriku sendiri. Aku terlalu berambisi untuk mengubah dunia, negara, kota, masyarakat, dan bahkan keluargaku, tapi aku melupakan perubahan dalam diriku sendiri.

Aku baru sadar bahwa apa yang bisa ku lakukan sepanjang hidup ini hanyalah mengubah diriku sendiri. Aku hanya bisa mengubah kepribadian dan sikapku yang mungkin tidak menyenangkan bagi orang lain. Aku bisa memulai itu semua dengan langkah kecil, seperti tersenyum, melakukan kebaikan, dan memberikan hal terbaik bagi orang-orang di sekelilingku. Hal kecil yang ku lakukan pasti akan berdampak bagi banyak pihak.

Aku membayangkan ketika aku memutuskan untuk mengubah sikapku yang buruk, aku yakin keluargaku akan melihat perubahan yang terjadi pada diriku. “Wah ternyata papa sudah berubah. Berarti kita juga harus lebih baik dari beliau.” Keluargaku pun akan terinspirasi untuk melakukan perubahan sepertiku. Kelak apa yang mereka lakukan akan dilihat masyarakat sekitar. Masyarakat akan melihat keluargaku menjadi bermanfaat dan melakukan kebaikan bagi lingkungan sekitar. Masyarakat pun terdorong untuk melakukan hal yang sama dengan keluargaku.

Masyarakat yang berubah menjadi lebih baik dan rukun pun kelak akan membangun kota ini dengan baik. Semua orang melakukan bagiannya dengan baik, menjaga ketertiban, dan menerima perbedaan SARA dengan baik. Langkah ini kelak akan mengubah kotaku menjadi lebih baik. Kota yang baik tentu akan menghasilkan devisa yang besar bagi negara. Jika kotaku dapat mempengaruhi kota-kota lainnya, maka negaraku pun akan menjadi lebih baik.

Negaraku yang baik tentu akan mempengaruhi hubungan diplomatik antarnegara. Negaraku bisa jadi sumber inspirasi dan motivasi bagi negara berkembang lainnya untuk bangkit dan maju dalam menghadapi tantangan zaman. Pada akhirnya, dunia akan berubah menjadi lebih baik dan semua harapanku akan terwujud. Aku begitu senang membayangkan hal itu terjadi.

Sayang, waktu sudah tidak memberiku kesempatan untuk melakukan hal itu. Tiba-tiba, kandungan oksigen yang ada dalam darahku menipis dan nafasku mulai terasa berat. Aku takut membayangkan kematian akan menjemputku sebelum aku meraih cita-citaku. Ketakutan pun terjadi. Sore itu, aku menghembuskan nafas terakhirku di rumah sakit tanpa seorang anakpun yang hadir di sampingku. Ya, semua karena aku telah membuat kesalahan besar dalam hidupku. Aku tidak mau berusaha untuk mengubah diriku sendiri. Aku hanya bisa menyesali semua tindakan yang ku perbuat selama hidup.

Lewat kisah ini kita belajar bahwa mengubah dunia sebenarnya bukan pekerjaan sulit dan mustahil untuk kita lakukan. Hanya saja, seringkali paradigma dan pola pikir kita terlampau jauh untuk mengubah dunia. Kita terlalu terobsesi untuk mengubah dunia, sementara hal kecil yang ada di sekitar kita pun belum kita upayakan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Ingat, sebuah perubahan selalu lahir dari langkah kecil yang kita perbuat. Tidak ada hal besar tanpa hal kecil. Hal ini harus kita pahami dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak orang yang akhirnya kecewa dan putus asa karena harapan yang mereka buat terlalu tinggi dan tidak realistis. Mereka tidak mau memulai semuanya dari diri mereka sendiri karena mereka merasa yang paling hebat dan benar. Padahal banyak kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri manusia yang harus kita ubah bersama-sama melalui proses yang panjang. Mereka hanya menganggap dunia yang harus berubah untuk mereka, bukan mereka yang harus berubah untuk dunia.

Mulai hari ini, mari kita belajar untuk mengubah diri kita terlebih dahulu sebelum mengharapkan perubahan dari orang lain. Ubahlah sikap, tindakan, dan perilaku kita yang kurang baik menjadi sebuah aksi yang bermanfaat bagi orang lain. Kelak perubahan yang kita lakukan akan mempengaruhi orang yang ada di sekitar kita untuk membantu impian kita dalam melakukan perubahan. Pada akhirnya, harapan untuk mengubah dunia itu akan tercapai meskipun membutuhkan proses yang panjang.

Selagi Tuhan masih mempercayakan nafas kehidupan pada kita, mari kita mengubah apa yang bisa kita ubah pada diri kita masing-masing. Jangan sampai semuanya terlambat untuk dilakukan dan akhirnya timbul penyesalan dalam diri kita karena tidak sempat melakukan perubahan terkecil sekalipun dalam hidup. Karena itu, berubahlah untuk dunia, maka dunia akan berubah untukmu!

Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp.

Serunya Jalani Hari Bersama Toyota

Artikel SEO Award Toyota
Kategori : “Gaya Hidup/Wisata”

Serunya Jalani Hari Bersama Toyota

Toyota ibarat keluarga baru dalam kehidupan kami. Setiap hari, kami selalu bersama dalam setiap kesempatan. Pergi ke sekolah, tempat wisata, mal, dan tempat-tempat lainnya sudah menjadi rutinitas yang kami jalani bersama Toyota. Dengan kapasitas tempat duduk yang memadai dan mobil yang nyaman untuk dikendarai, Toyota sudah menjadi mobil keluarga ideal terbaik Indonesia bagi keluarga kami ketika bepergian.

Jenis mobil Toyota yang kami kendarai adalah Toyota Avanza. Mobil yang dapat digolongkan dan dimiliki oleh orang kalangan menengah seperti saya ini tidaklah mengecewakan dan memberikan performa yang asal-asalan. Toyota Avanza dapat melaju dengan cepat dan gesit di jalan. Keluarga besar kami pun dapat dengan nyaman berada dalam Toyota Avanza selama perjalanan. AC yang dingin dan jok yang nyaman membuat kami betah berada dalam Toyota Avanza.

Toyota Avanza juga tahan berada di jalan maupun medan yang penuh bebatuan. Berbeda dengan kebanyakan mobil lainnya yang seringkali rusak ataupun mogok, terutama ketika berada dalam tanjakan. Toyota Avanza seolah mampu melalui semua tantangan itu dengan baik tanpa ngadat. Mesin dan spare part yang handal seolah sudah menjadi andalan Toyota dalam setiap produknya.

Kami senang mengendarai Toyota Avanza. Ketika piknik ke Garut pada liburan Natal lalu, Toyota Avanza dapat memberikan kami pengalaman terbaik. Mesin Toyota Avanza dapat menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM) secara efisien, sehingga ongkos transportasi kami tidak membengkak. Di samping itu, Toyota Avanza juga memiliki tempat duduk yang nyaman, sehingga penumpang yang ada bersama kami tidak mengalami pegal-pegal setelah berkendara dalam jangka waktu yang lama.

Toyota Avanza juga memiliki bagasi yang luas untuk menyimpan barang, sehingga kami bisa membawa banyak barang ke tempat piknik dengan baik. Kami tidak perlu khawatir akan tempat duduk yang sempit, serta ada barang yang harus ditinggalkan karena tidak muat dengan adanya Toyota Avanza. Kami bisa membawa banyak barang yang diperlukan, sehingga kami tidak kesulitan dalam keperluan perjalanan piknik kami.

Kami sangat senang berada dalam Toyota Avanza selama perjalanan. Perjalanan kami terasa begitu cepat dan tidak lama karena Toyota Avanza menyediakan semua kebutuhan yang kami perlukan. Toyota Avanza memenuhi spesifikasi kebutuhan sebuah mobil secara lengkap, meskipun dengan tarif yang relatif murah. Saya acungkan jempol untuk kinerja pabrik Toyota yang senantiasa memberikan pelayanan, produk, dan menciptakan mobil unggulan yang bisa menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.

Saya berharap Toyota senantiasa berinovasi dan memproduksi produk terbaik untuk memenuhi kebutuhan keluarga Indonesia secara lengkap. Ku jalani hari bersama Toyota dengan penuh kegembiraan dan keceriaan keluarga. Terima kasih, Toyota!

Thursday, January 27, 2011

Getting to know you

This is the 4th edition of Discuss HR and now a firm fixture of the group.  If you have missed any of the previous editions you can find them either at the blog or under the manager’s choice option.  Thank you to Annabel Kaye for producing last week’s article which has proved very popular.  This week experienced HR professional Sheena McLullich looks at HR’s ability to keep their finger on the pulse. (Ed Scrivener)


Getting to know you

I spent several weeks in hospital last year and, whilst I’ll spare you from the gory details, I ended up having two major abdominal operations, each lasting several hours in the space of a few days.  As I was emerging from an anaesthesia-induced haze, the surgeon came to see me, only to be told by a very apologetic nurse that they’d somehow managed to lose my medical notes.

I won’t need them” he smiled, somewhat enigmatically, “I already know this patient very well

That set me thinking – partly because there’s not much else to do in hospital but mainly because, as an HR professional, I’ve often been intrigued by how well we actually do know the people we work with – and whether this should matter.

How often have we been let down by the CEO who promised to do something, and didn’t?  How many times have we dealt with a ‘shock’ resignation and discovered that everyone else knew all along that it was only a matter of time before that person left?  Or, more seriously, did that ET1 form on your desk really come as a complete surprise?

Is there anything we, as HR professionals, can do to prevent these ‘surprises’?  It may be blindingly obvious but I think that the simple solution is that we get to know more about the people we’re dealing with as individuals – as people.  Investing a little time in actually talking to our colleagues, face-to-face where possible, can pay dividends when difficult situations arise. 

Of course, I understand that working in a larger organisation makes it impossible for an HR Director to get to know all the employees that they’re responsible for.  Even in small companies our day to day interaction with the employee population can be minimal.  But I would argue that we can all get to know our immediate colleagues better and encourage them to do the same – thus extending links throughout the organisation.

One Finance Director I worked with was disparaging about the ‘cosy chats’ that I had with each of the Directors I worked with.  We would get together for about half an hour each week, often just a quick ‘catch-up’ over a cup of coffee.  But during that time I had a unique opportunity to discuss any on-going issues, find out what their concerns were and get them ‘on-side’ for any initiatives I was working on.  It certainly made my life easier when I was presenting these initiatives to a full Board meeting – maybe that’s why the Finance Director didn’t like it!

I used the same tactic with my HR team and it worked.  A weekly one-to-one session with each of them meant that I knew exactly what they were up to, what the pressures were, whether they needed help, advice or simply to talk things through. 

I’m not suggesting that we need (or want) to know the intimate details of our colleagues’ lives.  I draw the line at deeply personal conversations – although I’ve had a few in my time! I’m talking about taking an interest in what’s going on without delving into areas that are often better left unexplored (just ask my surgeon!)

I’ve seen numerous situations where HR people have got too friendly with other employees in the business and this can make life difficult when it comes to decisions about redundancy, discipline and so on.  It’s hard enough to dismiss someone without having the complication that someone is a close friend.  HR’s sometimes fragile credibility can be seriously undermined by even a whiff of favouritism or the perception that we’re seen to be gossiping in the corner.  We have to be open and honest in our dealings with others but that’s no reason for not being sociable at the same time.

In any event, I think it’s far more damaging to our credibility that we’re thought of as separate from the rest of the business or even as invisible.  I know of organisations where HR is hidden away in a corner office and never come out and interact with their colleagues.    My advice to them is simple – get out and about and talk to people – you’ll be amazed at what you can discover.


About the author
Sheena has worked at a senior level in HR for the past 14 years, including 6 years as an HR Director, following a successful career transition from training & development. Working mainly for small/medium organisations in a variety of sectors, she has acquired a strong reputation for effecting change and for "getting things done". She is now working as a freelance HR Consultant.

*****

Discuss HR is the blog for Human Resources UK, the leading LinkedIn group for those involved with HR in the UK.  Next week’s Discuss HR will be published on Thursday 3rd February and will be written by Training Consultant Jill Hart-Sanderson

Sunday, January 23, 2011

Bergaya Hidup Hijau Yuk!

Bergaya Hidup Hijau Yuk!

Akhir-akhir ini, dampak perubahan iklim yang dikenal dengan global warming semakin kita rasakan. Tinggi permukaan air laut yang terus meningkat karena pencairan es di Kutub Utara dan Selatan membuat beberapa pulau di dunia tenggelam. Suhu Bumi juga terus meningkat secara signifikan akibat fenomena efek rumah kaca yang ditimbulkan oleh gas karbondioksida. Lapisan ozon yang berlubang akibat banyaknya penggunaan Freon juga menyumbang terjadinya perubahan iklim di Bumi.

Global warming sendiri diakibatkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak ramah lingkungan. Penebangan pohon secara liar, banyaknya kendaraan yang menyumbang emisi gas karbondioksida, penutupan ruang terbuka hijau (RTH) untuk pembangunan mal, dan lain sebagainya menjadi penyebab utama meningkatnya dampak global warming. Banyak bencana dan masalah yang ditimbulkan dari global warming, seperti banjir, kebakaran, peningkatan aktivitas vulkanik, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, hal tersebut membawa malapetaka bagi kehidupan manusia di muka Bumi.

Sebagai remaja, tentu kita tidak bisa berdiam diri dalam menghadapi fenomena ini. Kita sebagai generasi penerus kehidupan di Bumi harus melakukan langkah aktif untuk meminimalisir dampak global warming. Salah satunya adalah dengan bergaya hidup hijau. Gaya hidup hijau adalah gaya hidup sehari-hari yang ramah lingkungan dan bisa memberikan kontribusi berarti bagi lingkungan yang ada di sekitar kita.

Sebagai contoh, kita bisa membiasakan diri untuk menggunakan sepeda ke sekolah. Di samping mengurangi emisi gas buang kendaraan bermotor, bersepeda juga menyehatkan bagi tubuh kita. Kita juga bisa mengurangi penggunaan plastik agar proses biodegradasi sampah yang dilakukan mikroba bisa dilakukan dengan lancar. Menggunakan produk yang dapat didaur ulang, rajin menanam tanaman dengan biji buah yang kita makan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya merupakan langkah konkret dari gaya hidup hijau yang kita lakukan.

Tentu bukan mustahil bagi kita untuk mengubah kota, negara, bahkan Bumi ini menjadi lebih hijau dari sebelumnya asalkan kita mau menjalankan gaya hidup hijau dari diri kita sendiri. Kelak langkah kita untuk memulai perubahan akan dicontoh orang lain menjadi kebiasaan yang baik dan tentunya mengurangi dampak global warming. Karena itu, yuk kita bergaya hidup hijau!

Saturday, January 22, 2011

Revitalisasi Alam Sebagai Biofiltrasi Perubahan Iklim

Lomba Menulis Blog “Perubahan Iklim”
Topik : “Perubahan iklim yang dialami dalam keseharian”

Revitalisasi Alam Sebagai Biofiltrasi Perubahan Iklim

Alam itu ibarat tubuh manusia. Sehat atau tidaknya alam bergantung dari apa yang sudah kita lakukan pada alam. Jika kita memberi tubuh kita asupan makanan yang bergizi, seperti makanan 4 sehat 5 sempurna, maka tubuh kita akan sehat dan kuat dalam menghadapi aktivitas sehari-hari. Sebaliknya, jika kita memperlakukan tubuh kita dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, memakai narkoba, memakan makanan yang tidak sehat, dan lain sebagainya, maka tubuh kita akan sakit.

Demikian juga alam. Jika kita memperlakukan alam dengan baik dan bertanggung jawab, alam akan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi manusia. Sebaliknya, jika kita memperlakukan alam dengan semena-mena, alam akan rusak dan menjadi tempat tinggal yang buruk bagi manusia. Alam yang rusak tentu mengakibatkan siklus alamiah yang terjadi di muka Bumi menjadi kacau. Perubahan iklim yang seharusnya dapat dinetralisir dengan proteksi alam, kini tidak dapat lagi dibendung karena hilangnya pelindung alam. Akibatnya, berbagai bencana alam, perubahan suhu, dan peningkatan tinggi permukaan laut terjadi secara global di muka Bumi.

InterGovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagai lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup menyimpulkan bahwa Bumi sedang mengalami pemanasan dan peningkatan suhu global yang mengakibatkan perubahan iklim secara ekstrim. Pemanasan global (global warming) itu sendiri diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Penebangan hutan secara liar (illegal logging), pembakaran hutan untuk pembangunan, penutupan Ruang Terbuka Hijau (RTH), penggunaan bahan kimia yang merusak alam, dan lain sebagainya menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan alam. Pada akhirnya, alam tidak dapat mentoleransi perubahan iklim yang terjadi. Tentu manusia sebagai penghuni alamlah yang harus menanggung akibatnya.

Sama seperti tubuh manusia, alam juga memberi respon atas kerusakan yang sedang dialaminya. Jika tubuh manusia mengeluarkan panas, bengkak, sel darah putih, dan zat yang bersifat fagosit untuk memakan bakteri yang ada dalam tubuh kita dalam proses penyembuhan, alam juga memberi respon untuk menyeimbangkan kembali metabolisme tubuhnya. Bencana alam, peningkatan suhu Bumi, dan berbagai hal lainnya merupakan indikator bahwa Bumi sedang melakukan proses penyembuhan. Tentu manusialah yang terkena dampak perubahan iklim sebagai pelaku perusakan alam.

Perubahan iklim yang terjadi di muka Bumi dapat dilihat dari banyaknya bencana alam yang terjadi di dunia. Gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi yang beberapa bulan lalu terjadi di Indonesia merupakan bentuk ketidakstabilan kondisi Bumi. Tentu kondisi ini tidak menguntungkan manusia. Begitu banyak kerugian dan korban yang jatuh akibat bencana yang terjadi. Alam menjadi tidak bersahabat dan cenderung memusuhi manusia.

Perubahan iklim yang terjadi dewasa ini dapat kita lihat dari banyaknya fenomena alam yang terjadi. Saat ini, musim yang terjadi di muka Bumi tidak dapat lagi diprediksi. Musim kemarau yang seyogianya terjadi pada bulan Juni – November dan musim penghujan pada bulan Desember – Mei di Indonesia kini mengalami perubahan yang signifikan. Sebagai contoh, jika hari ini hujan, maka besok bisa berubah menjadi hari yang sangat panas.

Musim terus berganti secara tidak teratur. Akibatnya, tubuh kita seringkali jatuh sakit karena tidak sanggup beradaptasi untuk menghadapi perubahan cuaca yang terjadi. Flu, batuk, pilek, dan radang tenggorokan menjadi penyakit umum yang kita alami dalam kondisi pancaroba ini. Keadaan ini juga terkadang membuat manusia menjadi malas dan tidak produktif dalam bekerja. Tentu dampak dari perubahan iklim ini sangat merugikan bagi kehidupan manusia.

Kita juga melihat adanya kenaikan permukaan laut. Hal ini diakibatkan pencairan es di kutub. Pencairan es di kutub sendiri dipicu oleh meningkatnya konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer yang menjadi penyumbang utama fenomena efek rumah kaca di Bumi. Bagi Indonesia, kenaikan permukaan air laut berpotensi menenggelamkan 50 meter daratan dari garis pantai Kepulauan Indonesia, sekitar 20 persen dari seluruh pulau di Indonesia, atau sekitar 3.000 pulau akan hilang di peta Indonsia. Selain itu, kenaikan permukaan laut juga dapat menenggelamkan kota yang berada pada daerah dataran rendah, seperti Jakarta. Tentu kita tidak ingin melihat ibukota negara kita menjadi lautan, bukan?

Kenaikan suhu Bumi secara signifikan juga kita rasakan sebagai dampak dari perubahan iklim. Tak heran jika banyak daerah di dunia mengalami kekeringan akibat suhu Bumi yang ekstrim ini. Hal ini mengakibatkan banyaknya gagal panen dan bencana kelaparan di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, kenaikan suhu Bumi dan musim yang tidak menentu, membuat beberapa harga bahan pokok mengalami kenaikan yang drastis. Harga cabe yang umumnya murah, kini melonjak hingga ratusan ribu per kilogramnya. Kenaikan harga ini juga diikuti sayur dan buah-buahan lain. Hal ini diakibatkan perubahan kalender tanam yang tidak disadari petani yang membuat tanaman tidak dapat beradaptasi dan akhirnya mati karena kekurangan suplai zat gizi yang diperlukan.

Berbagai hewan dan tumbuhan langka pun berkurang populasinya karena tidak dapat mempertahankan diri dari perubahan iklim yang terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari populasi Panda di China. Perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab dengan menebang pohon secara sembarangan membuat habitat Panda terancam. Apalagi bambu sebagai tanaman yang menjadi makanan utama Panda kerapkali ditebang untuk dibuat menjadi bahan baku pemukiman. Akibatnya, Panda pun kehilangan rumah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Tak heran jika Panda, hewan, dan tumbuhan langka lainnya kini tidak dapat diselamatkan akibat perilaku manusia.

Begitu banyak dampak negatif yang dihasilkan dari perubahan iklim secara ekstrim ini. Alam menjadi tidak bersahabat dengan manusia. Kini, alam menganggap manusia sebagai virus yang harus dibasmi karena perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab. Bencana alam dan perubahan iklim lainnya menjadi cara alam untuk menunjukkan murkanya. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi, bukan?

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memulai revitalisasi kondisi alam yang rusak. Hal itu dapat dilakukan dengan SEGAR. Manusia harus menjadi sahabat alam agar dapat memulihkan kondisi alam yang rusak dan meminimalisir dampak perubahan iklim yang terjadi.

S – Sayangi Alam

Kita seringkali berpikir bahwa melestarikan alam adalah tanggung jawab pemerintah. Toh kita sudah membayar pajak dan iuran kebersihan secara rutin pada pemerintah. Anggapan ini membuat perilaku kita terhadap alam menjadi semena-mena, seperti membuang sampah sembarangan, memaku pohon dengan reklame, dan lain sebagainya. Padahal, tanggung jawab untuk menjaga alam bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh penghuni Bumi.

Lingkungan itu buta. Ia tidak akan melihat siapa yang benar dan siapa yang salah. Ia akan memberikan respon yang sama pada semua orang. Kalimat ini disampaikan guru PLH saya ketika mengajar tentang ekoefisiensi dan pengelolaan SDA di kelas. Ya, alam tidak akan berpihak pada siapapun. Ia tetap akan memberikan balasan yang sama, baik pada orang yang merusak lingkungan maupun yang tidak. Tentu hal ini mengklarifikasi anggapan bahwa menjaga alam adalah tugas pemerintah.

Alam adalah tempat tinggal kita bersama. Maka sudah seyogianya kita menjaga alam dengan baik bersama-sama. Tentu kita tidak bisa membuat rumah kita menjadi bersih dan rapi, jika masih ada penghuni rumah kita yang tetap memperlakukan dan mengotori rumah dengan seenaknya. Kita harus bersama-sama bergerak untuk memperbaiki alam yang rusak. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan menyayangi alam.

Menyayangi alam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Membuang sampah pada tempatnya, tidak memakai bahan yang menggunakan gas freon (CFC), tidak menebang pohon dengan liar, dan lain sebagainya. Hal ini akan membuat langkah kita untuk melakukan revitalisasi alam lebih mudah dan cepat untuk dilakukan. Dampak kerusakan alam dapat diminimalisir jika kita mau bergerak untuk menyayangi alam dengan memperbaiki kebiasaan buruk kita terhadap alam selama ini.

E – Ekoefisiensi

Bagi perusahaan, ekoefisiensi merupakan prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam upaya revitalisasi alam. Hal ini dapat dilakukan dengan pengelolaan limbah dengan baik, menggunakan bahan kimia secara bertanggung jawab, tidak mencemari lingkungan, dan memiliki tata kelola yang baik. Tentu dengan adanya ekoefisiensi, kita bisa meminimalisir dampak kerusakan alam yang terjadi. Ekoefisiensi juga membuat perusahaan menjadi perusahaan yang ramah lingkungan dan mengusung gerakan go green.

G – Gaya Hidup Hijau

Saat ini, kendaraan bermotor sudah menjadi pemandangan rutin di jalan. Banyaknya pengendara kendaraan bermotor tentu berdampak pada peningkatan konsentrasi gas karbondioksida di udara. Akibatnya, akumulasi gas efek rumah kaca berkontribusi untuk meningkatkan suhu di permukaan Bumi dan mengakibatkan Bumi mengalami pemanasan global (global warming). Hal ini tentu memperparah kondisi Bumi kita yang sudah rusak.

Memulai gaya hidup hijau merupakan langkah tepat untuk revitalisasi alam yang rusak. Kita bisa memulai gaya hidup hijau dari diri kita sendiri, seperti memakai sepeda ke sekolah (bike to school), mengurangi pemakaian kantong plastik, memakai bahan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, mengurangi penggunaan styrofoam, mengolah sampah menjadi kompos, dan lain sebagainya. Hal ini tentu akan memberikan kontribusi berarti bagi Bumi untuk memulihkan kondisinya. Sebagai kaum muda, kita juga sudah menjadi agent of change dengan melakukan langkah kecil berarti ini bagi Bumi.

Setelah kita melakukan langkah ini dari diri kita sendiri, barulah kita mengajak orang lain untuk terlibat aktif dan ikut serta dalam upaya revitalisasi alam. Kita bisa menjadi contoh bagi orang lain untuk melakukan perubahan. Saya yakin orang lain akan tertarik untuk mencontoh kita jika apa yang kita lakukan berdampak positif bagi lingkungan. Kita bisa mengusung gerakan go green, seperti menanam pohon, membuat Lubang Resapan Biopori (LRB), dan lain sebagainya. Jika setiap orang mau terlibat aktif untuk menjaga lingkungan, saya yakin upaya revitalisasi alam bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan.

A – Aplikatif

Kita juga harus bisa memanfaatkan teknologi yang ada secara aplikatif untuk membantu terjadinya proses revitalisasi alam. Saat ini, kita mengenal bahan bakar alternatif yang dinamakan bioetanol. Bahan bakar hasil fermentasi ini bisa menjadi solusi untuk mengganti bahan bakar kendaraan bermotor yang selama ini digunakan. Di samping murah dan ramah lingkungan, bioetanol juga mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ketersediaannya semakin menipis akhir-akhir ini.

Upaya lain yang dapat kita lakukan untuk revitalisasi alam secara aplikatif adalah menanam tumbuhan Sanseviera atau lidah mertua. Tanaman ini dapat menyerap kandungan karbondioksida dan menghasilkan oksigen secara efektif. Keunggulan tanaman ini adalah dapat mereduksi kandungan karbondioksida di lingkungan yang sempit dan tidak memiliki lahan terbuka. Sansiviera juga tahan berada dalam kondisi ruangan yang gelap. Menanam Sansiviera merupakan salah satu mitigasi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang terjadi.

Kemajuan teknologi juga dapat kita manfaatkan untuk mendukung aksi kita dalam revitalisasi lingkungan. Kita bisa memakai barang elektronik yang menggunakan energi matahari dalam keseharian kita. Kita juga bisa membeli barang elektronik yang bisa didaur ulang agar ramah lingkungan dan mengurangi sampah elektronik yang mungkin ditimbulkan. Menciptakan teknologi ramah lingkungan juga dapat kita lakukan untuk melakukan perubahan. Di samping kita berkontribusi untuk menyelamatkan alam, kita juga sudah menjadi trendsetter bagi teman-teman kita dan orang lain dalam revitalisasi alam. Kita dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada secara aplikatif untuk membantu proses revitalisasi alam yang dibutuhkan.

R – Reaksi

Reaksi yang tepat juga akan memudahkan kita untuk melakukan revitalisasi alam. Sebagai contoh, kita bisa mengurangi penggunaan listrik untuk hal-hal yang tidak diperlukan. Mematikan lampu, televisi, AC, dan peralatan elektronik yang tidak dipakai dapat menghemat penggunaan listrik secara signifikan. Tentu aksi yang kita lakukan akan meminimalisir terjadinya pemadaman listrik akibat kurangnya daya yang dimiliki PLN.

Dalam menyikapi perubahan iklim, kita juga harus memberikan reaksi yang tepat bagi kesehatan tubuh kita. Kita harus beradaptasi dengan perubahan iklim dengan berolahraga, makan makanan yang bergizi, tidak hujan-hujanan, dan menjalankan gaya hidup sehat. Tentu reaksi yang kita lakukan juga sekaligus melancarkan langkah kita untuk revitalisasi alam. Dengan tubuh yang sehat, kita bisa melakukan langkah konkret bagi Bumi.

Revitalisasi alam dapat terjadi jika setiap orang mau terlibat dan ikut serta dalam SEGAR. Kita harus menanamkan persepsi bahwa alam adalah barang berharga yang menjadi milik kita bersama. Dengan begitu, kita akan menjaga barang berharga yang kita miliki dengan sebaik-baiknya.

Revitalisasi alam akan berfungsi aktif sebagai biofiltrasi dalam menanggulangi perubahan iklim. Tentu dengan adanya filter alam, kita akan terlindung dari dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim, seperti bencana alam, peningkatan suhu Bumi, perubahan musim, dan lain sebagainya. Bumi pun akan menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk kita tempati.

Perlu dipahami bahwa semua upaya ini tidak akan berarti apapun jika tidak didukung dari semua elemen yang ada di permukaan Bumi. Menyelamatkan Bumi bukanlah aksi sepihak dari satu kalangan tertentu, sementara di sisi lain masih ada pihak yang merusak lingkungan. Menyelamatkan Bumi adalah tanggung jawab kita bersama, tak terkecuali siapapun. Lingkungan akan memberi respon yang sama, baik pada si penyelamat maupun pada si perusak lingkungan. Maka sudah sepatutnya kita bersatu padu untuk memulai aksi menyelamatkan Bumi sejak dini.

Sama seperti tubuh manusia, alam pun dapat melakukan tugasnya dengan baik jika diperlakukan dengan baik dan bertanggung jawab. Metabolisme alam untuk memberi manusia suplai oksigen yang memadai dan menyediakan makanan pun akan berjalan dengan lancar. Maka dari itu, mari kita berubah dari pola hidup yang menjadi virus dalam tubuh Bumi menjadi enzim yang berguna bagi Bumi untuk memulihkan kondisinya! Selamat melakukan perubahan bagi lingkungan di sekitar Anda!

Film: a Thin Skin or Membrane part 3 Rainbow Flower

Part 3 of Film: a Thin Skin or Membrane



Film: a Thin SKin or Membrane part 3 from Kephera on Vimeo.







name="movie" value="http://www.youtube.com/v/XWI5nvVy7cc?fs=1&hl=en_US">










"Film: A Thin Skin or Membrane" is an exploration of films and media using Synchromysticism, exploring patterns within pop culture that point toward our connection with spiritual dimension of our nature and existence. Analyzing the intelligence underlying all art, highlighting the symbols and even movie stars that Ideas and aspects of ourslves attract when we dramatize them in art. The word film shares its definition with a membrane, or thin layer connecting two sides or worlds. The patterns gathered in these 3 parts are shared to express a spiritual and evolutionary code of symbols and stars highlighting our consciousness' relationship to our spiritual nature and the Spiritual Dimensions of existence known by many religions and mythologies as Heaven, the Underworld, Astral Plane, Dream World, 5th Dimension etc. The Archetype of the Rainbow is one of the most recurring connections in this series, this should he expected as the Rainbow has always been a symbol of the connection between Heaven and Earth, Spirit and Matter, Microcosm and Macrocosm. Synchromysticsm finds the mythic dramas of the heavenly stars and Constellations, reflected here on Earth in our art and culture. This is Love Code. Movie stars can be seen as key players or symbols in this coded natural pattern within our art and culture, We are remembering our eternal connection to divinity, cosmic consciousness, these videos are a celebration of our "return to the garden", our spiritual connection with this beutiful and divine earth. Love and Peace - Kevin Halcott







Much love you all <3>

Thursday, January 20, 2011

Employment law basics and fundamentals

This is the 3rd edition of Discuss HR and I hope you are finding it an interesting read and last week’s article certainly was! Well done to John for his effort, which despite various technical problems, proved to be a well read article too!  I’m sure you’ll find today’s article to be no exception which has been penned by active group member Annabel Kaye.  Today Annabel looks and questions the relationship between HR and employment law. (Ed Scrivener)


Employment law basics and fundamentals

There has been a lot of debate lately on the extent to which employment law inhibits employment, and whether employment tribunals are biased in any way against employers or employees.

Having tweeted about this for a while, there seem to be a range of views on this which could be summarised as:
a)       Free market – let’s have no laws, and people can leave if they don’t like their boss or feel unfairly treated
b)       We need laws, but not laws as prescriptive as the ones we have, nor a legal system as ‘adversarial’ as the one we have
c)       The laws we have are OK, but the way EU law is ‘gold plated’ when implemented in the UK, and the way that insurance companies over-complicate what needs to be done for their clients to stay ‘on cover’,  needs to be looked at.

Despite all the political huff and puff, the reality is that as long as we are members of the EU, we are bound to have some kind of employment law - so option a) is not a short term prospect, regardless of merit.  Politicians who promise to abolish all employment law do not have the power to do so within our current system - they have only the power to tinker.

Option b) is an area where we have already had some change.  The notorious ‘statutory disputes procedure’ has been repealed and the step-based’ process it introduced has now reverted to the older idea of a range of processes that might be fair.  This has had the effect of reducing certainty (despite the headline news that people want more certainty), since under the old system an employer who omitted a step would definitely lose a tribunal whereas now it is open to them to argue about it with some (variable) hope of success.   The more we have ‘appropriate’ and ‘situational’ fairness, the more we have unpredictability in outcomes.  This inherent conflict is unresolved in much of UK law, not only employment law.

HR has a lot to explain (or answer for) when it comes to option c).  Many of our HR clients use “employment law” as a way of controlling their colleagues or influencing decisions and processes.    Often CEOs are ‘people blind’ in their pursuit of profit.  Rather than present cogent or researched argument on the effect on profit of any people related decision, it is easier sometimes to say “the lawyers won’t let me do it”.   We have worked with HR people who ring up and ask us, “Tell me it is not legal to do this...”.

HR can and do manipulate the legal advice they receive in order increase their influence.  
It is easier to say:
·         That job description is unlawfully discriminatory and we can’t advertise on the back of this – the lawyers will have a fit.”

than

·         “You haven’t thought this job description through properly, and you are eliminating candidates that might succeed in this role at a premature stage.”

It is easier to say:
·         “This case of discrimination-based bullying is going to cost a fortune and we have to make sure this never happens again.”

than

·         “We have not got a grip on performance management and setting goals that people can achieve.”

Legal knowledge and skills are perceived as ‘hard’ skills, and people management skills as ‘soft’.   There is no such thing as a post graduate qualification in charm or tact!

The reality is that people are really hard to manage sometimes.  And not many people have the interpersonal skills to deal with difficult situations or difficult people, particularly when that person is a senior manager placing unreasonable demands on their subordinates or HR.   It’s much easier to ask the lawyers to tell you ‘it can’t be done’.

HR position themselves as the ‘keeper of the employment law book’, and thus are often the ‘No’ person.  When we go into organisation where we hear a lot of “The law says you can’t ...”, and “HR said we can’t do anything about that”, we know that HR are not making the real case for effective management and decision making, and are letting the “employment law” bogeyman do the work for them ... or they really don’t understand how employment law works and how to use it to the organisation’s advantage.


About the author
Annabel Kaye has been specialising in employment law since the seventies.  She founded Irenicon in 1980 and has spent the last thirty years helping HR, line managers and everyone else look at employment law in a way that gets some organisational gain. She likes to think about things from a different angle and making the complex simple – despite the government’s best efforts.   She has traded through three recessions and advised clients from multi-national corporations to the smallest organisation. The toughest thing has always been to balance the competing needs of staff and organisation and that never goes away whatever the legal details.

*****

Discuss HR is the blog for Human Resources UK, the leading LinkedIn group for those involved with HR in the UK.  Next week’s Discuss HR will be published on Thursday 27th January and will be written by experienced HR professional Sheena McLullich.

Wednesday, January 19, 2011

Acceler8 then Activ8 with a Shoe Sync Kick

Why does the universe highlight certain numbers at specific times in our lives?

I've absolutely no idea...but that hasn't stopped me from trying to get my head around the fact that the number 88 has been hi-jacking my life over the last week.

The 8-ball started rolling sometime last week when I started looking into the career of Al Pacino for a new post I've been working on in relation to the Gabrielle Giffords shooting (*the post might see the light of day...but don't count on it).

I took note of the Al Pacino 88 poster because the clock was recently highlighted in the previous Sync Whole post DBs Treasure Chest. Notice that the little hand behind Pete Postlethwaite points to the number 8.

Judging from the above snapshot it looks like the time is round about 8 minutes to 8.

In The Time Machine poster we also find the 88. One in reference to 800,000 years, and the other in the Inifinity symbol beneath the title.

Jump start the future.

The number 88 has an interesting connection with Time as the DeLorean automobile must attain 88 miles per hour in order to travel in time.

88 seems to symbolize the moment when the Lightning strikes.

My parents gave my son Zion this remote control car for his Xmas. Notice again how 88 entrains with the Lightning Bolt.

If we follow the Bolt we also find it on the chest of Megamind. I like to think that when we acceler8 past 88 our Mind can't handle the pressure and simply goes KA-BOOM!

Last week I sat down and watched Megamind with my kids.

Not long into the movie the 88 flashes onscreen, making an appearance on this Channel 8 reporters microphone.

Coincidentally this takes place about 8 minutes 8 seconds into the movie.

There's even a subtle 88 via the wires in the van behind camera-man Titan.

All these 88 Megamind syncs take place in close proximity to this large Golden Globe. (*note that the 2011 Golden Globes happened last Sunday 16th January)

A couple of days ago I received a letter from a lottery company asking me to activ8 this card. Notice that it features the Golden Globe...nearly identical to the one pictured above...and also the numbers 88.


When I checked Wiki I couldn't help giggling to myself when I learned that 88 is the atomic number for Radium...an element which happens to sync with my initials RA.

Radium (play /ˈrdiəm/ RAY-dee-əm) is a radioactive chemical element which has the symbol Ra and atomic number 88. Its appearance is almost pure white, but it readily oxidizes on exposure to air, turning black.

This got me thinking that maybe I've been taking all these 88 syncs a little too personally and I should stop this craziness before it reaches full velocity.

Then I learn that in Kill Bill, the name of O-Ren Ishii's Army, happens to be the Crazy 88...and suddenly I start liking the idea of going a little crazy.

Who wouldn't want to be part of O-Ren Ishii's Cazy 88 Army?

You'd be mad not to!!!

Now please don't take this the wrong way. I'm not about to go all choppy choppy on anyone and start dicing people up. I might be nuts, but I'm more dry roasted than ready salted...if you know what I mean. :)


Here's something else I learned on Wiki.

88 seems to represent the Whole:

The International Astronomical Union (IAU) divides the sky into 88 official constellations with precise boundaries, so that every direction belongs to exactly one constellation. These are mostly based upon the constellations of the ancient Greek tradition, passed down through the Middle Ages.

88 seems to encompass our own Golden Globe (the Earth/hEart) but it also expands out to the cosmos surrounding our planet.

To Infinity and Beyond...

88 also happens to be the name of a local Chinese Takeaway in my hometown of Thurso. Here's an old menu I found in a cupboard.

Now this brings us to an interesting Chinese connection which puts yet another spin on all this 88 craziness.

In Chinese culture

Eighty-eight (88) symbolizes fortune and good luck since the word 8 sounds similar to the word Fā (发, which implies 发财, or wealth, in Mandarin). The number 8 is considered to be the luckiest number of all in Chinese culture and prices in Chinese supermarkets can often be found containing many 8's (see numbers in Chinese culture). The Chinese government has even been auctioning auto license plates containing many 8s for tens of thousands of dollars. The 2008 Beijing Olympics opened on 8/8/08 at 8 p.m.[1]

88 is used to mean "bye bye"; found in Chinese-language chat, text, SMS, IM. 88 is pronounced in Chinese Mandarin language as "ba ba" ("bā bā" to be precise), simulating the sound of the English language farewell "bye bye".

From Wiki we learn that 88 is considered Lucky aka Lucy:

(*maybe I should go and activ8 the golden Lottery card I recently received in the post!)

From Wiki we also learn learned that:

88 =Ba Ba = Baby

Earlier on today I was thinking about the number 88 (and contemplating writing this very post) when I came across this packet of 'baby soft' wipes...which helps confirm the 88/BaBa/Baby connection.

A good friend named Stephen Hendry recently had a new baby a few months back.

I logged onto Facebook earlier tonight (19th Jan) and couldn't believe it when I noticed that only an hour ago (I kid you not) he chose to highlight a classic techno tune called Activ-8 by a duo named Altern 8.

It feels appropri8 to round this 8-ball off with the video itself.



L8r G8rs

Richard: In 1988 movie Vampires Kiss we see Nicholas Cage staring at the Full Moon with a Crazy (88) glint in his eyes.

The Nic Cage movie Ghost Rider begins with a Full Moon...

...which slowly morphs into a Ring of Fire.



After this Full Moon intro sequence we see the Ring of Fire itself with fearless stuntman Nic Cage riding through the centre of it.



Today, Thursday January 20th, we have a Full Moon.

Coincidentally today also sees the release of a new poster for a movie called Drive Angry, again starring Nic Cage.

In the movie title we see the letters RING touching the Fire.

In Back to the Future the Ring of Fire (or Golden Globe) takes place when 88 miles per hour has been reached. I love the symmetry between the car in the Drive Angry poster and this DeLorean.

It also bakes my noodle to think that The Green Hornet is currently number 1 at the US box office at the time of typing this update.

Green Hornet and his sidekick Kato wear black masks...

...which look nearly identical to those worn by the Crazy 88s.

Things get sillier if we look at a scene where The Green Hornet and Kato (K2?) have a bust up.

Kato (played by JC/Jay Chou) ends up thrashing about in a swimming pool as he's unable to swim.

Green Hornet, unaware of his buddies plight, climbs out of the pool and tells Kato that he's now 'fired'. He soon realizes the seriousness of the situation so in order to save his buddy from drowning the Green Hornet grabs an inflatable Lobster and throws it to him.

Kato grabs on and makes his way to safety, clambering up and out of the pool with the help of his blow up Lobster.

In the Tarot we see that the Lobster climbs out of the primordial waters only to find a new path awaiting him...

Good Luck on your journey, wherever it may take you.

Jake:
I know Elizabeth Shue as the prostitute who falls in love with suicidal alcoholic Nicholas Cage in Leaving Las Vegas.
She recently caught my attention in the hilarious Hamlet 2. One scene, which also happens to be the last scene, shows just how mind blowing and textured sync (our ever emerging non-local Mind) can be. Even having a good sense of profoundly layered humor.

Steve Coogan talks about having "made it", having a fancy bidet in his dressing room. Shue responds: "That was a sink (sync)". Perfect as right behind her appears the numbers 412. That was indeed a sync, Shue.
We find these numbers nested inside of the Jupiter symbol, which we can unpack in many ways. 412 pretty much covers the gamut.
Last night I started Hollow Man with Shue, which I hadn't seen since being a teenager hanging with my buddies at the theater in South Africa. It felt appropriate as I had watched Memoirs of an Invisible Man days previous and ran into H.G Wells' The Invisible Man while browsing a bookstore earlier.

Kevin Bacon calls up Shue, very early in the morning, waking her up with the ringing of the phone. This is also the first time we see Shue in Hollow Man. She says "Oh, my God" at this rude awaking and we notice it is 4:12. This makes perfect sense as 412 points to Jupiter and Jupiter is God. The syncs are giving us a rude awakening from our slumber of being separate from God.
Oh, and I was in the bookstore looking at Wells' The Invisible Man after going to the theater to see Barney's Version (great film) which included a preview of Paul (voiced by Seth "Green Hornet" Rogen), the alien who can turn invisible.
I'm thinking of Invisibility as good metaphor for Cosmic Consciousness (like Paul the ET). Just like a fish can be oblivious of the water inside and around of it, we too can miss the very fabric of all that allows for our existence. The tongue can't taste itself, just like us, as facets of God, can miss the very thing we are. The tongue is invisible to itself and God is invisible to God. This is the weird ouroborus snake of consciousness that kinda makes your head want to pop when you get it. Yet this pop feels good as the real us is unleashed by POP.


We see Shue and BACON (nicely echoing HAMlet 2, a movie already connected Hollow Man via Shue & 412) having this syncnificant exchange:
In Back to the Future Part 2 Shue plays Jennifer Parker/Jennifer McFly, replacing actress Claudia Wells from Part 1, which is kinda jarring and weird but works wonders with our syncs.
Above Doc Brown points at the fuel for his Time Machine, Miller (Eagle/Zeus/Jupiter).
Doc Brown says the magick 88 with Jennifer/Sheu in shot, having no idea about what she has just gotten into. 88 mph rounds down to 142 kph, these numbers miraculously attracting to Shue again.
88 is Bacon's pulse as he is being prepped to become invisible in Hollow Man.
The 88 of the DVD's subtitles hits Shue.
In the future Shue hides in a closet spying on her "to be" in laws who are entraining with the WTC.
In Adventures In Babysitting she sings about the Stars as her Star title appears on screen. The Stars in the sky and movie Stars are mirrors, shining with Gods reflected glory.
Baba is what we call a baby in Afrikaans & Richard says Ba Ba is 88.

In this films Shue encounters "Thor" the god of Thunder, a clear variant of Jupiter.
"Thor" is backed by the Red Clock.

The Joy of Sync aligns us with the non-local Self, creating all places and times right NOW, turning us into Time Travelers.

Richard: When it rains it pours!

After reading Jakes lovely update about an hour ago I decided to take my dog Jake out for his walk. My feet were throbbing when I got back to the house so I sat back, opened my book, and read another chapter of Dan Browns The Lost Symbol.

I turn the page of chapter 101 and suddenly have a Holy Shit! moment as I'm confronted by the 88.

You've gotta love the universes sense of humor. :D